VIVAnews - Pekan lalu, Bank Dunia menyatakan harga pangan dunia telah mencapai level berbahaya. Tingginya harga pangan itu membuat sekitar 44 juta orang miskin di penjuru dunia kian melarat sejak Juni 2010.
Lantas, bagaimana keadaan harga pangan di dalam negeri terutama Jakarta?
Saat ini, di Indonesia sedang memasuki musim panen raya, dengan pasokan beras sedang berlimpah. Kondisi itu membuat harga beras dalam negeri turun.
Berdasarkan pantauan VIVAnews.com di beberapa pasar menjelang akhir pekan ini, harga beras justru turun secara bertahap.
Di toko beras Sinar Jaya, Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, harga beras sudah turun sejak dua pekan lalu, dan hingga kini terus turun secara bertahap.
"Harga beras turun banyak. Penurunan harga ini sudah mencapai Rp500 per kilogram," kata Ayong, pemilik toko beras Sinar Jaya di Jakarta.
Dia merinci, saat ini, harga beras jenis IR 64 kualitas 1 (IR 64-1) turun dari Rp7.400 per kilogram menjadi Rp6.900 per kilogram. Jenis IR 64-2 juga turun dari Rp7.000 menjadi Rp6.500 per kilogram.
Jenis IR 64-3 turun dari Rp6.800 menjadi Rp6.300 per kilogram, sedangkan IR 64-4 turun dari Rp5.800 menjadi Rp5.300 per kilogram.
Di Pasar Kramat Jati, Herman, pedagang beras di pasar itu merinci, harga beras IR 64-1 turun dari Rp7.200 menjadi Rp7.000 per kilogram. Untuk beras kualitas bagus seperti jenis ramos juga turun dari Rp9.000 menjadi Rp8.500 per kilogram, sedangkan setra turun dari Rp9.700 menjadi Rp9.600 per kilogram.
"Sepertinya bakal turun lagi, karena cuaca panas, jadi padi cepat kering," kata
Herman.
Turunnya harga beras ini, menurut para pedagang karena saat ini sedang masuk musim panen raya yang terjadi pada Februari hingga April. "Panen kali ini berhasil, hampir merata di seluruh wilayah Indonesia," kata Ayong.
Toko Sinar Jaya, milik Ayong selama ini memasok beras dari Jawa Tengah yakni daerah Demak. Sementara itu, dari Jawa Barat dipasok dari Karawang dan Indramayu.
Harga pangan dunia yang berada di level berbahaya, menurut Ayong, tidak akan terlalu terpengaruh bila beras yang ada di dalam negeri tidak diekspor, melainkan disimpan untuk memenuhi pasokan dalam negeri.
"Harga pangan dunia tinggi, saya nggak khawatir, karena panen berlimpah. Simpan saja berasnya untuk kebutuhan sendiri. Yang penting jangan diekspor, hanya lantaran harga tinggi di luar negeri," kata Ayong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar